Penting Dibaca Untuk Dibaca Kepada ANggota IREMA | Diharapkan Dapat berkontribusi di Website IREMA ini dengan Cara Mengirimkan Artikel, E-book, URL Website, atau Informasi Apapun, yang Pasti akan disimpan di BLog ini, dengan syarat tidak berasal dari Aliran Sesat

Sabtu, 23 Mei 2009

Mitos Kemandirian dan Liberalisme Media

Mayoritas produksi film, acara TV, kepemilikan TV kabel, sistem satelit, penerbitan buku dan majalah serta surat kabar, produksi musik, kesemuanya dilakukan oleh sekitar 50an perusahaan — dimana 9 perusahaan terbesar mendominasinya. Dalam pandangan standar manapun, konsentrasi kekuatan media yang mengerucut membuatnya sangat berpengaruh.


Dalam skala internasional, tokoh media yang paling penting adalah Rupert Murdoch dan Ted Turner dan yang terkini adalah Conrad Black, pemilik Hollinger International. Rupert Murdoch yang memiliki News Corporation yang berpusat di AS, juga memiliki News International di Inggris. News Corporation adalah organisasi media terbesar saat ini dan memberikan pengaruh yang luarbiasa terhadap berbagai pemerintahan di dunia karena memiliki potensi dana dan kemampuan penyebarluasan informasi.


News Corporation juga memiliki Fox News, Sun, Times (berpusat di Inggris), The News of the World dan British Sky Brodcasting (yang juga memiliki 26 saluran satelit, salah satu diantaranya yang terkenal adalah Sky News). Ia juga mengklaim 37% penjualan dari harian dan 39% dari edisi minggu dari total penjualan seluruh suratkabar.

Karena raksasa-raksasa media menghasilkan jumlah uang yang besar dan memiliki reputasi yang terkenal maka para pemerintah di seluruh dunia merasa berkepentingan untuk meraih dukungan mereka. Partai Buruh di Inggris menjalin hubungan yang baik dengan Rupert Murdoch. Salah satu anggota legislatif dari Partai Buruh berkata,” Motivasinya jelas: untuk menjadikan Pak Murdoch dan korannya berada di sisi kami. Nampaknya Perdana Menteri sedang selingkuh dengan Pak Murdoch.” Hal ini adalah contoh yang mencolok tentang hubungan yang intim antara media dan politisi.

Ini semua menunjukkan bahwa media dimiliki oleh segelintir saja perusahaan kapitalis. Peningkatan keuntungan sebanyak-banyaknya adalah tujuan utama dan dicapai dalam kerangka ideologi kapitalisme.

Banyaknya faktor yang menyatu ke dalam industri media global menyaring pandangan-pandangan dan opini yang berseberangan karena akan mengancam peningkatan keuntungan dari pemilik perusahaan media tersebut. Perusahaan media tentu saja adalah perusahaan yang mencari untung dan dikuasai oleh individu yang kaya atau perusahaan lain yang lebih besar. Perusahaan media juga didanai oleh pengiklan yang juga merupakan bisnis pencari keuntungan dan tentu saja menginginkan agar iklan mereka bisa muncul di lingkungan yang mendukung. Industri media memerlukan Pemerintah dan kalangan bisnis sebagai sumber informasi. Bertemunya pertimbangan politik dan berbagai kepentingan menyebabkan tumbuhnya solidaritas yang tinggi diantara pemerintah, industri media, dan korporasi bisnis. Pemerintah dan perusahaan multinasional memiliki posisi penting dan dana untuk bisa menekan industri media dengan berbagai ancaman seperti penarikan iklan, perijinan penyiaran TV dan gugatan pengadilan.

Konglomerat media kapitalis memiliki kepentingan komersial dengan mencapai peningkatan jumlah pelanggan atau audiens. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan mentargetkan segmen tertentu dalam masyarakat. Contohnya, tabloid Inggris The Sun mengambil strategi penampilan berita yang sensasional, bernuansa ancaman, dan murahan sebagai topik utama yang bisa menarik perhatian publik Inggris.

Di AS, selama perang Iraq, penyaji berita menghabiskan waktu tidak lebih dari 38 detik untuk meliput kebijakan luar negeri AS dan lebih dari 6 menit untuk mendiskusikan perubahan cuaca dari total 30 menit penyiaran. Industri media AS sangat khawatir dengan penayangan gambar-gambar yang mengerikan dari medan pertempuran karena akan menyebabkan larinya pemasang iklan.

Meskipun ada variasi perbedaan pandangan politik dari berbagai editor dan penerbit, kesemuanya sepakat dalam mengadopsi pandangan hidup sekuler. Meskipun tanpa diragukan lagi ketidakseimbangan peliputan berita tentang Islam dan Muslim oleh industri media, mereka tidak bisa dikatakan secara umum bahwa mereka semua adalah ‘pembenci muslim’ dan ‘dikuasai oleh yahudi’. Hal yang justru penting untuk dikaji adalah memahami realitas kehidupan sekuler dan menganalisa akar asal muasal timbulnya kebencian yang terjadi.